Euforia Selfie dalam Layar Digital

ibu-ibu guru smkk berselfie ria
Semakin berkembangnya teknologi yang diikuti dengan inovasi teknologi telah melahirkan tren bagi masyarakat kontemporer. Misalnya tren selfie muncul ketika kamera, alat memotret mulai digeserkan posisinya dengan berkembangnya smartphone, alat yang dapat difungsikan untuk memotret sekaligus menyebarluaskannya ke media sosial. Dimana dalam hal ini smartphone, kamera, dan media sosial adalah satu kombinasi yang tidak bisa dipisahkan dan ini sebagai pendukung munculnya tren selfie.  Selfie sendiri merupakan perilaku memotret diri sendiri kemudian menyebarluaskannya ke media sosial (dalam kamus Oxford 2013).

Perilaku memotret diri sendiri (selfie) tak ayal telah menyalurkan energi euforia (kesenangan yang berlebihan) bagi pelakunya. Dimana ketika orang sedang memotret dirinya sendiri,  dia pasti  melakukannya berulang kali hingga mendapatkan kepuasan tersendiri yang menurutnya hasil potretannya tersebut sesuai dengan keinginannnya (bagus). Kepuasaan tersebut adalah bentuk dari euforia selfie. Dengan ini dapat dikatakan bahwa orang memotret dirinya sendiri karena ingin menghibur dirinya sendiri di waktu luang maupun mengabadikan moment dan membagikannya ke orang lain melalui media sosial. Di samping itu aksi selfie ini banyak digemari orang karena hasil potret yang mereka lakukan bisa langsung dishare ke media sosial dan bisa mendapatkan respon positif dari para pengguna media sosial lainnya. Dengan ini akan mendatangkan manfaat bagi penggunanya, diantaranya adalah mereka menjadi dikenal oleh publik dan mendapatkan pengakuan tentang keberadaanya, keeksistensinya di ranah publik.

Namun disisi lain orang juga melakukan selfie karena ingin mendapatkan manfaat finansial. Dimana kata selfie ini cukup populer di kalangan masyarakat global bahkan dinobatkan sebagai word of the year di kamus bahasa inggris Oxford pada bulan November 2013. Kepopularan kata selfie ini tak ayal dijadikan sebagai ajang promosi oleh para pelaku bisnis. Contoh konkretnya Indonesia’s next top selfie yang diadakan oleh perusahaan telekomunikasi xl dan selfiology, smile nation yang diadakan oleh perusahaan telekomunikasi im3 sebagai strategi promosi bisnisnya.  Dengan ini orang pun berlomba-lomba melakukan aksi selfie di media sosial guna mendapatkan hadiah dari ajang promosi yang dilakukan oleh para pelaku bisnis tersebut. Di samping itu adanya publik figur, baik artis, pejabat maupun presiden menuliskan hastag (#) selfie pada akun media sosialnya menjadikan kata ‘selfie’ booming (heboh) dan menimbulkan budaya latah perilaku selfie pada masyarakat global saat ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa euforia (kesenangan) selfie ini mulai dirasakan dan dilakukan oleh para pengguna media sosial, tatkala ada aktor yang secara kolektif melakukan aksi selfie dan diikuti oleh para followersnya, serta adanya penggunaan kata selfie dalam penulisan berita, artikel di beberapa sumber media mengakibatkan kata selfie semakin populer di masyarakat global.

Kepopuleran kata selfie ini juga disebabkan oleh banyaknya orang yang memperlihatkan dan membagikan tentang dirinya sendiri di media sosial. Dimana hal ini telah menciptakan dialog interaktif antara orang yang menshare fotonya dengan orang yang melihat maupun merespon foto yang dipost di media sosial. Dialog interaktif ini secara harfiah telah menghubungkan ikatan relasi antara ‘aku dan kamu’ dalam layar digital. Aku yang dimaksudkan disini adalah orang yang menshare foto selfienya ke media sosial, sedangkan kamu adalah orang yang merespon foto selfie yang dilihatnya di media sosial. Relasi aku dan kamu ini telah mengafirmasikan bahwa setiap orang yang melakukan aksi selfie memiliki kesatuan eksistensi di dalam layar digital. Dimana layar digital adalah tempat  bagi mediasi atau penampakan suatu objek  yang menghubungkan relasi aku dan kamu ke dalam dialog interaktif  di media sosial. Dengan ini menegaskan bahwa ikatan relasi aku dan kamu adalah proses berlangsungnya euforia selfie dalam layar digital yang dilakukan secara kontinyu oleh masyarakat global saat ini.

Fenomena selfie ini menekankan bahwa aksi selfie dilakukan itu hanya ingin orang tau (eksis) dan itu hanya akan dikenal orang dalam sebuah layar digital. Dan melalui sebuah layar digitallah yang menghubungkan relasi aku dan kamu ke dalam sebuah euforia selfie (kesenangan yang secara kontinyu dirasakan oleh banyak orang) di media sosial. Inilah yang kemudian mengubah peradaban manusia pada masa digitalisasi saat ini, yang mana pada zaman dahulu dengan meminjam istilah dari Descartes tentang i think, therefore i am (saya berpikir, karena itu saya) dan pada zaman sekarang menjadi i share, therefore i am (saya berbagi, karena itu saya). Dimana pada zaman digital saat ini orang secara terang-terangan mengeksplorasi dirinya, dengan cara membagikan tentang dirinya sendiri di media sosial. Dengan demikian dapat dipahami bahwa selama euforia selfie masih berlangsung dan menjadi trending topic di media sosial, dan pada saat itulah terjalin relasi aku dan kamu dalam layar digital untuk bereksistensi (pengakuan ada dan tiada) di media sosial.

Sumber : http://khalidanoor.blogspot.com

Posting Komentar untuk "Euforia Selfie dalam Layar Digital"